Unik nan menarik dapat disematkan dalam rombongan acara yang ada di Patjarmerah. Tidak hanya menyuguhkan buku-buku untuk dipinang patjarboekoe (panggilan pembeli buku) dalam bazarnya. Patjarmerah ikut serta merawat subur literasi Indonesia yang katanya rendah itu. Namun, antusias masyarakat yang datang begitu menggairahkan literasi kita ini. Melihatkan literasi Indonesia belum berhenti dan harus selalu dirawat bersama mulai sekarang dan kedepannya. Sehingga Patjarmerah menjadi ikut besarkan minat literasi kami semua.
Hal lain yang dapat kita lihat ialah ilustrasi yang menghiasi acara Patjarmerah ini. Melihat ilustrasi tumbuh-tumbuhan yang sejuk dan subur bermekaran dalam poster, banner, photobooth hingga pintu masuknya. Sedemikian itulah merawat literasi Indonesia disuguhkan oleh Patjarmerah.

Kemeriahan belanja buku tidak luput kita saksikan dalam deretan tumpukan-tumpukan buku. Bahkan dengan 10.000,- kita sudah dapat meminang buku-buku disini. Mulai dari percetakan indie sampai percetakan besar di Indonesia menyuguhkan buku-buku disini. Aneka talkshow, pertunjukan, bahkan pemutaran layar tacap disuguhkan dengan selaras fungsi bioskop kelud dahulu. Seperti halnya talkshow bercerita nostalgia bersama mbak Ria Papermoon puppet teater, menemani kata-kata bekerja dalam puisi bersama Aan Mansyur hingga malam puisi oleh beragam penyair, termasuk Aan Mansyur.
Lapak 10.000,- di serbu patjarboekoe Suasana sore hari semakin penuh oleh patjarboekoe
Terlihat suasana riuh para patjarboekoe memadati area gedung ex bioskop kelud. Untuk memborong buku-buku dan menyuarakan literasi. Dari pagi hingga malam menjadi semakin riuh dan menyenangkan serambi melihat talkshow dari para penulis, seniman, jurnalis, dan masih banyak lagi. Berkolaborasi mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut andil dalam toleransi merawat Indonesia, sebagaimana tajuk tema acara Patjarmerah.
Cerita mbak Ria Papermoon

Dalam foto diatas mbak Ria Papermoon sedang asyik menceritakan cerita salah satu pertunjukan Papermoon dengan tema “Surat Ke Langit”. Menceritakan kisah orang yang kita sayang telah pergi dengan tenang. Bercerita dengan boneka Papermoon mereka bernostalgia serta mengirimkan surat-surat pesan untuk diterbangkan ke langit. Suasana menjadi hangat seperti gambaran cerita yang disampaikan oleh mbak Ria. Sebegitu hampir sama cerita banyak orang dibalut dengan pertunjukan Papermoon yang menarik
Cerita mbak Ria yang lain kami saksikan ialah dalam proses pembuatan cerita untuk penampilan teater Papermoon. Mulai dari observasi dengan begitu detail, mencari cerita dari manusia disekitar hingga cerita kakek yang setia tidak menikah karena pasangannya yang tidak dijumpainya lagi. Padahal ternyata sang kekasih kakek masih hidup dan sudah menikah. Dengan topik cerita yang menarik, membuat cerita ini diangkat Papermoon dan dikembangkan menjadi cerita sendiri tanpa lupa akarnya. Dikarenakan memang cerita asli, tetapi tak berjumpa dengan orangnya sendiri. Cerita memang memiliki nilai lebih, hingga membuat pertunjukan mereka didengar kakek itu sendiri. Karena mbak Ria menghubungi kakek hanya dengan email saat itu. Singkat cerita, menemukan sang pujaan kakek dengan pertunjukan ini. Walaupun tanpa sang kakek itu sendiri pastinya.
Pertunjukan Papermoon puppet sendiri merupakan pertunjukan boneka tanpa dialog atau menggunakan bahasa ibunya yaitu gerak. Oleh karena itu, biasanya medium pertunjukan dibuat begitu intim nan khusus untuk meningkatkan kuantitas. Terlebih untuk menikmati pertunjukan dengan seksama. Dengan mengangkat cerita-cerita yang menarik dan tak lupa riset yang telah diceritakan oleh mbak Ria Papermoon sendiri.
Acara yang berlangsung selama 9 hari di Patjarmerah sangatlah berarti buat kita semua. Semoga kita dijumpakan dengan hal yang sama lagi.
Suguhan cerita dan bercerita dapat kami ceritakan kembali. Lantas mari merawat Literasi Indonesia bersama dan toleransi merawat Indonesia.